RSS

STRATIFIKASI SOSIAL adalah sebuah orientasi terhadap prioritas

Well, karena gue ni ambil studi sosial, jadi gak bakalan lepas dari sosiologi. Dan apa yang gue tangkep dari bab Stratifikasi itu, mungkin juga berhasil ditangkep sama orang laen. Tapi, make a sense, gue mau coba utarakan.

Pada dasarnya stratifikasi sosial itu merupakan penggolongan atas perbedaan-perbedaan yang ada di dalam masyarakat secara vertikal, artinya lapisan stratifikasi itu bertingkat. Bukan seperti differensiasi yang digolongkan secara horisontal dan mendatar.

Tentu saja di dalam stratifikasi sosial, ada sebagian masyarakat yang (terpaksa) menduduki lapisan maupun kelas bawah. Kemudian semakin sedikit masyarakat yang menduduki kelas atas. Jumlah lapisan bawah yang cenderung makin banyak dan jumlah lapisan atas yang semakin sedikit ini pastilah membentuk suatu diagram unik sebagai pendeskripsian stratifikasi_piramida. Semakin ke atas semakin mengerucut.




Mau nggak mau, stratifikasi sosial membawa kita pada kekhawatiran akan kesenjangan. Tapi kita emang nggak punya alasan untuk tidak meninggalkan problem yang satu ini. Karena kita berbicara knowledge-nya bukan simpathic-nya. Kesenjangan memang bukan bahan pokok untuk hidup. Bukan juga baju untuk melindungi kemaluan, tapi suatu rasa naluriah yang timbul secara alami. Bisa dibilang kesenjangan termasuk ascribed status tapi nggak dirasakan semenjak bayi.
Back to the problem-kesenjangan-.

Well, kita semua tahu lah. Gak ada seorang pun yang mau disenjangkan. Termasuk diri gue sendiri juga gak bakalan mau disenjangkan atas dasar apa pun. Sekali lagi kita bicara knowledge-nya, kalau bicara hal lain, bisa aja ada seseorang yang rela disenjangkan karena emang dia baik, bermoral, terbiasa disenjangkan, ingin disenjangkan karena tujuan tertentu, bahkan sok suci, jaim, caper, tepe-tepe dan seabrek alasan logis lainnya.

Faham gue selanjutnya adalah, karena nggak ada seorang pun yang mau disenjangkan maka mereka cari “tangga” supaya bisa naik ke kerucut piramida yang lebih atas. Semua orientasi hidup akhirnya ke atas, atas, atas, dan bawah…(gak ding). Pokoknya semuanya pengen ambil posisi atas. Stratifikasi muncul karena adanya sebuah pengahragaan terhadap nilai, dan prioritas menguasai sebagian besar nilai. Kebanyakan orang di jaman ini mencari prioritas yang bisa membawa mereka pada puncak piramida teratas.


Akhirnya prioritas di-prioritaskan supaya sebagian besar orang memprioritaskan dirinya. Bicara tentang prioritas, lama-lama gue bingung sendiri, apa sih prioritas tuh? Whataever, yang jelas, kesimpulannya : abstrak. Jangan jadikan cari prioritas sebagai prioritas atau kita nggak akan pernah di-prioritaskan.

Any question??

Yang bingung, tolong tanyakan..
Yang punya opini tolong utarakan…
Yang menyangkal tolong diperdebatkan..

Silakan komen ke posting ini atau speak up lewat shoutbox yang uda gue sediain..


By: jezt Ajenk!

SMANSA Purwokerto proudly present : SMANSA FAIR SAFE



Tanggal 15 Agustus 2009, kami anggota cakrawala (kumpulan anak fotografi SMAnsa pwt) ngadain sebuah pameran yang heboh dan seru abis…pameran dengan jumlah foto yang dipamerkan sekitar 50 ini adalah acara yang digelar disamping untuk memeriahkan SMANSA FAIR SAFE 2009. dan perlu people tahu kalau semua foto yang ditampilkan disini adalah foto-foto anak cakrawala..murni dan orisinil…anti nyadur!

Dekorasi yang bertemakan 21st century ini sungguh heboh saudara-saudara…

Karena hasil jepretan dari tangan ajaib kami yang tidak bisa diremehkan begitu saja. Malam sebelum SMANSA FAIR, kami mendekor kelas XII IA 5 menjadi studio dadakan yang penuh foto dan anak2 pegang kamera..sambil menggantungkan benang dan menjemur(eh menggantung ya?) foto-foto yahut. Dan ternyata, mendekorasi tidak semudah yang dibayangkan, kami mendekor sampai larut malam, kawan. Sekitar pukul 10 malam kami baru selesai..but, it’s OK..hasil yang di dapet juga sepadan kan. Well ada beberapa cuplikan dokumentasinya…


SEBENTUK KEMERDEKAAN UNTUK DITERUSKAN


Akhir-akhir ini, ibaratnya tiap unsur di bumi ini khususnya bumi pertiwi sedang hangat membicarakan hari kemerdekaan. Dan seperti kebanyakan orang lainnya gue juga sejujurnya mikirin kelanjutan kemerdekann kita ini (buat yg bukan WNI, ke laut aje). Kalau kita hanya sebatas merayakan sebentuk kemerdekaan yang merupakan bingkisan para mbah-mbah pahlawan kita tanpa memikirkan kemerdekaan ini untuk diteruskan, itu galat!

Hampir 64 tahun sudah-memang bukan usia yang cukup tua untuk sebuah negara, tapi kalau kita gak struggle..emang ngefek?? Semua sekolah termasuk sekolah gue sedang booming-booming nya yang namanya 17an. Classmeet. Perayaan kemerdekaan.dsb.dsb. tapi ini Cuma booming sesaat aja cung! Tiga hari setelah kemerdekaan juga udah lupa lagi. Kembali ke masa awal yang nggak pernah membiarkan pikiran liar untuk menggugah bangsa melintas di benak kita. Oh GOD NO!

Kita nih anak muda man! Kata orang2 sih generasi penerus bangsa, tapi jujur, gue agak sedikit meragukan generasi gue sendiri.makin hari makin sedikit orang yang mikirin temen sendiri, makin sedikit orang yang mikirin orang lain, makin sedikit orang yang mikirin lingkungan sekitar, dan paling parah makin sedikit orang yang mikirin negara sendiri. Sedangkan di sisi lain makin banyak aja orang yang mikirin diri sendiri. Idealis, lebih tepatnya egois.

Kebanyakan orang sekarang terima jadi aja, tinggal sodorin duit maunya terima beres. Emang dunia sihir, jangan ngayal lo!!

Seperti yang pernah dibilang classmate gue : Ivan. Indonesia sebaiknya perlu mengubah pola pikir. Kita harus mencari solusi dan bertindak. Bukannya cari akar dari suatu masalah. Semua ini masalah pola pikir. (ok, gals, Ivanisme sepertinya sudah bercokol di otak arek-arek XI IS 2 Smansa PWT).

Well, apa pun lah. Yang penting kita harus bener-bener setulus jiwa raga meneruskan kemerdekann ini. Dan semestinya kita ngrayain hut ke64 ini dengan semangat berkobar dan berkibar. Spirit fire!


Ini aku untuk INDONESIA!!