"A man realite me twice tought but I didnt care... waiting is wasting for people like me"
Entah kenapa lirik itu begitu terngiang hingga detik ini. tapi saya akan bertolak dari maknanya. saya mau ribuan kali berpikir, saya mau. coz I think never think to never think...
Berawal dari sebuah mimpi kecil dua manusia wonosobo, lahirlah sebuah perkumpulan pelajar atau study club yang berbasis sangat sederhana. Think. Never stop thinking community, organisasi yang awalnya hanya terdiri dari beberapa gelintir anggota perlahan menjamur dan menguasai jagad KEDU. Kami yang hanya pelajar SMA dan SMP (paling pol mahasiswa yg sedikit sekali)tak menyangka kalau kami mendapat tempat tersendiri di mata masyarakat terutama pengunjung setia perpustakaan daerah wonosobo yang dijadikan basecamp. Ketika itu sayamasih berusia 14 tahun, dan dari situ saya mengenal sebuah makna dari kata "berpikir".
Keadaan menjadi jauh berbeda pada saat ini. Saya seperti gembala yang mulai dilepas oleh tuannya untuk mencari makan sendiri, meskipun pada akhirnya nanti saya akan pulang ke kandang saya sendiri.
Meskipun sudah tak ada NSTC (never stop thinking comunity) di sini, saya harus tetap berpikir, harus. dan beberapa bulan yang lalu saya mengenal filsafat. Awalnya saya hanya ingin tahu siapa diri saya. Kemudian saya memikirkannya terus menerus hingga tidur saya terabai, hingga infeksi kornea saya menggila, hingga saya mengalami 'desparately in mind'(sebutan saya ketika saya benar-benar kacau dalam mencari suatu ilham di kepala saya). Dalam waktu seminggu saya hampir saja mati ketakutan karena pikiran saya sendiri, dalam seminggu saya benar-benar pendiam, dan dalam minggu itu kepala saya mulai merasakan sakit pening.
Tapi diluar itu, saya tidak mau meninggalkan kebiasaan saya untuk mencari dan berpikir, entah itu saya harus menanggung resiko2 tadi (tidak itu bukan resiko, tidak separah itu). berpikir adalah kenikmatan tersendiri, seperti bertemu diri saya di ujung jalan setelah mencari beribu tahun. Selama ini orang-orang menilai pemikiran saya agak destruktif, negatif, radikal, nakal, ga masuk akal. ya saya tahu, ini bertahap. saya hanya menyampaikan opini saya, bukan sebuah hakikat yang saya nyatakan. jadi dengan publish nya post ini, saya menyampaikan ribuan maaf kalau post saya sebelumnya menyesatkan dan rumpang. Semata-mata karena saya sedang belajar. Tentu saya akan pikir lagi lebih dalam mengenai pemikiran saya dan dengan PERTIMBANGAN tendensi-tendensi dari para pemikir sebelumnya.
Sebenarnya, saya tidak terlalu menyukai tendensi. namun, dasar filsafat Islam adalah Bayani, Burhani, Irfani dimana terdapat unsur tekstual (mengarah pada alquran dan al hadist yang menjadi pedoman langkah manusia). Jika saya berpikir tanpa tendensi, artinya karena saya ingin mengukur sejauh mana otak saya berputar dan sejauh mana arti sebuah permasalahan itu untuk saya, bukan untuk mencari benar atau salahnya suatu permasalahan. Tentu pada akhirnya saya akan mencari benar dan salahnya, karena itu terkait pada penerapan berpikir, namun itu ada pada tahap selanjutnya. Sekali lagi saya hanya ingin mengukur diri saya, seberapa mirip benang kusut di kepala saya dengan benang kusut si kepala orang-orang pintar, tanpa terpengaruh anggapan-anggapan lain. Murni.
Benar atau salah?? terkadang terlalu samar. Saya manusia. Just an ordinary girl with a pen and a sheet of paper. I write my own above water that flow in the river.
1 komentar:
nstc masih hidup ngga sih?
otak saya kendor ini kagak pernah mikir...
Posting Komentar